JURUSAN DAKWAH STAIN SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR - PRODI : KOMUNIKASI & PENYIARAN ISLAM (KPI) + PRODI: MANAJEMEN DAKWAH (MD) + PRODI : BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI) - JL. KH. ABUL HASAN NO.3 SAMARINDA = http://dakwahstainsamarindakaltim.blogspot.com = ...DAKWAH: "Bikin Hidupmu Kreatif"...

Selasa, 01 Juni 2010

Zainal Ilmi


URGENSI MEMAHAMI BAHASA TUBUH SEBAGAI KOMUNIKASI NON VERBAL

Zainal Ilmi [1])

Abstract: Understanding gesture as non verbal communication is very important. In fact, research has shown that 80% communication among human being was done non verbally.the area of non verbal communication which has relevantion with verbal communication is body laguage or kinetic, sound and articulation, and clothes. Anybody need to know body language in communication because it can express many things about us and other people

PENDAHULUAN

Dalam Faktanya Penelitian telah menunjukkan bahwa 80% komunikasi antara manusia dilakukan secara non verbal. Banyak interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat yang berwujud nonverbal. Komunikasi nonverbal ialah menyampaikan arti (pesan) yang meliputi ketidakhadiran simbol-simbol suara atau tulisan. Salah satu komunikasi non verbal ialah gerakan tubuh atau perilaku kinetic atau disebut pula dengan bahasa tubuh. kelompok ini meliputi isyarat dan gerakan serta mimic. Bahasa tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal disamping aspek-aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu. Komunikasi nonverbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal meskipun terkadang diabaikan. Kita sering tidak sadar bahwa rasa suka atau rasa benci kita kepada seseorang sering disebabkan perilaku nonverbal orang tersebut. Cara kita tersenyum, menjabat tangan atau menyentuh hidung, cara kita melipat tangan atau menyilangkan kaki, mengungkapkan banyak hal tentang kita serta orang lain. Di sebuah wawancara kerja, postur tubuh kita mengatakan lebih banyak hal tentang kita dibandingkan surat lamaran atau resume itu sendiri. Cara kita duduk, tersenyum, dan menggunakan tangan mengatakan banyak hal tentang sikap kita. Apakah kita bersikap terbuka atau menyembunyikan sesuatu.

Dengan mengetahui apa arti bahasa tubuh, kita dapat melihat perasaan seseorang yang sebenarnya, walau pun mereka tidak ingin mengatakannya kepada kita. ‘Bahasa tubuh’ kedengarannya seperti sebuah kontradiksi. Kita biasanya berbicara melalui mulut. Namun penelitian makin menemukan bahwa bahasa tubuh itu benar-benar sebuah bahasa. Mungkin dapat kita bayangkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang terdiri dari gerak isyarat tubuh disengaja dan tanda-tanda dari alam bawah sadar yang tidak disadari. Beberapa diantaranya merupakan gerakan-gerakan gugup yang cepat, merupakan tanda-tanda kecil yang hanya dapat ditangkap melalui pengawasan yang cermat. Sebuah gerakan tubuh seperti menjabat tangan seseorang adalah sebuah kata. Sederetan gerakan tubuh yang berkesinambungan yang sering disebut kelompok, adalah kalimat. Contoh seorang pria yang sedang berhadap-hadapan dengan wanita, pandangannya lurus kepada wanita. Tangannya bergerak-gerak mendekati tangan wanita. Tidak ada keraguan dan rahasia dalam kalimat yang ia ucapkan : “Saya suka kamu, dan saya ingin dekat dengan kamu”.

Bahasa tubuh dapat memberi tekanan atau berlawanan dengan apa yang sedang kita ucapkan. Jika kita harus bersikap sopan terhadap seseorang yang tidak kita sukai mungkin kita mengucapkan kata-kata yang benar, namun tubuh kita memberontak. Mungkin kita menjabat tangan mereka sebentar mungkin, atau mencoba menghindar dari tatapan mata. Disini bahasa tubuh berlawanan dengan bahasa ucapan. Kita mengirimkan 2 macam tanda yang berbeda. Bahasa ucapan mengatakan “saya suka kamu”; bahasa tubuh mengatakan “saya tidak suka kamu”. Jika si penerima mengerti bahasa tubuh, ia tidak akan terkelabui.

Kecuali, jika kita seorang pemakai bahasa tubuh yang ulung dan mengetahui bagaimana caranya supaya kita terlihat benar berperasaan positif. Hanya seorang yang ahli sekali dalam bahasa tubuh yang dapat melihat tanda-tanda yang sangat kecil yang mengungkapkan perasaan kita yang sesunggguhnya.

Dalam kehidupan anak misalnya, anak-anak belajar beberapa hal tentang bahasa tubuh pada saat mereka tumbuh dan berkembang. Pada umur sepuluh, mereka tahu bahwa jika mereka berbohong dan tidak ingin mengaku, mereka harus mencoba untuk tidak menunduk dan melihat ke bawah atau tidak menutup bibir dengan tangan mereka. Kita semua memiliki beberapa pemahaman tentang bahasa tubuh, kecuali jika kita buta emosi. Kita tidak perlu mempunyai ijasah dalam ilmu psikologi untuk mengetahui bahwa seorang wanita yang memegangi kepalanya dengan tangannya sedang tidak bergembira.

Makin akrab situasinya, makin banyak kita membuka diri yang sesungguhnya, makin banyak yang akan diungkapkan melalui bahasa tubuh kita, meskipun sering kali diluar kehendak kita. Kadang, tubuh kita menceritakan kebenaran yang tidak kita ketahui, dan tidak siap kita terima.

Argyle menyatakan bahwa ketika orang bertemu, berbicara atau melakukan apa saja secara bersama-sama, maka tingkah laku ini harus dilihat sebagai “interaksi”. Ini menekankan betapa banyaknya faktor-faktor yang berbeda yang berperan di dalam hubungan antara orang-orang. Sebuah cara yang bagus untuk meneliti sebuah interaksi adalah menganalisis tiga unsur yang ada didalamnya yaitu konteks, teks dan subteks.1

Konteks adalah situasi umum dimana pertemuan atau pertukaran antar manusia tersebut terjadi. Pergi makan siang adalah suatu peristiwa yang berbeda tergantung dengan siapa kita pergi makan siang. Makan siang singkat dengan teman sekerja di kantor atau makan siang dengan kekasih atau makan siang dengan calon kekasih, akan memiliki dinamika yang berbeda.

Teks adalah kata-kata yang benar-benar diucapkan pada pertemuan. Kata-kata bukanlah segala-galanya. Jika kita hanya diberi catatan tentang apa yang diucapkan pada setiap interaksi, itu tidak akan memberikan kepada kita pemahaman yang penuh tentang apa yang terjadi.

Subteks terdiri atas intonasi dan bahasa tubuh yang digunakan. Yang seharusnya menyampaikan informasi yang serupa tentang kehangatan dan keintiman dari pertemuan tersebut. Orang tidak hanya tergantung pada kata-kata untuk mendapatkan sebuah gambaran tentang interaksi. Nada suara dan isyarat tanpa kata mempunyai lebih dari setengah bukti yang mendasari penilaian mereka tentang situasi. Jika isyarat tanpa kata berlawanan dengan apa yang diucapkan, orang akan cemas dan berpikir bahwa mereka mungkin sedang dikelabui.

Konteks dan teks dari suatu interaksi biasanya mudah dijelaskan. Subteks sering tidak jelas dan terkait dengan perasaan yang berbelit-belit, gerakannya sendiri sangat sederhana, namun perasaan yang terlibat didalamnya sangat rumit. Dan tak seorangpun mengucapkan sepatah kata. Karena berbelit-belit inilah maka pemahaman bahasa tubuh menjadi sangat menarik.

Bahkan bila kita secara alami adalah komunikator yang baik dan pendengar yang baik, maka keterampilan kita tidak akan pernah mencapai potensi sepenuhnya kecuali kita memahami bahasa tubuh. Hasil riset secara konsisten menunjukkan bahwa dalam pesan apa pun, separuh arti disampaikan lewat kata yang diucapkan; separuh yang lain dialami dalam bahasa tubuh pembicara. Berdasarkan ulasan di atas dapat kita pahami betapa pentingnya memahami bahasa tubuh sebagai salah satu komunikasi non verbal.


* Dosen Tetap STAIN Samarinda

1 Michael Argyle, The Psychology of Interpersonal Behavior, ( London: Penguin, 1994), h. 205

Tidak ada komentar:

Posting Komentar