JURUSAN DAKWAH STAIN SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR - PRODI : KOMUNIKASI & PENYIARAN ISLAM (KPI) + PRODI: MANAJEMEN DAKWAH (MD) + PRODI : BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI) - JL. KH. ABUL HASAN NO.3 SAMARINDA = http://dakwahstainsamarindakaltim.blogspot.com = ...DAKWAH: "Bikin Hidupmu Kreatif"...

Jumat, 02 Juli 2010

DESAIN GRAFIS-POSTER


Desain Grafis

Desain grafis diartikan sebagai bentuk komunikasi visual yang menggunakan media gambar untuk menyamapikan informasi atau pesan secara efektif. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan dan pesan-pesan yang dituangkan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual. simbol-simbol itu perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien.


  • Secara khusus media grafis berfungsi menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Desain grafis/ media grafis sederhana dan mudah pembuatannya dan termasuk media yang murah jika ditinjau dari segi biayannya.

  • jika ditinjau dari sejarahnya desain grafis awalnya diterapkan pada media statis seperti kain, buku, majalah dan brosur. namun seiring dengan perkembangan pemikiran desain grafis, kini media grafis tidak hanya sebatas pada media statis tetapi telah menjangkau media elektronik.

  • Aplikasi pengolah garis atau vektor. Software yang tergolong dalam aplikasi ini adalah Adobe Illustrator, CorelDraw, Macromedia Freehand, Microsoft Expression, dan Micrografix Designer. Beragam aplikasi tersebut berfungsi untuk membuat objek gambar yang berbentuk vektor atau garis. baik lurus maupun lengkung.

POSTER


POSTER, poster merupakan media grafis yang memuat unsur teks dan gambar / ilustrasi yang dipasang atau ditempel pada dinding. visualisasi setiap unsurnya adalah: Rinci, Jelas, Realis, Sederhana, dan Singkat dengan Warna yang mencolok sesuai dengan Misinya.



  • UNSUR-UNSUR Grafis Poster: a. Judul, (head line) merupakan bagian terpenting dari teks yang menarik perhatian dan merupakan hal yang pertama kali dibaca. Judul mampu mengarahkan pembaca untuk lebih jauh mengetahui tentang isi pesan atau produk yang ada di dalamnya. judul hendaknya ekspresif, mempertegas kata-katanya yang singkat dan berfungsi untuk mengkombinasikan watak sebuah tulisan. , b. Sub Judul, merupakan lanjutan dari judul yang menjelaskan makna atau arti daripada judul dan umumnya lebih panjang dari judulnya. c. Naskah: kalimat yang menerangkan lebih rinci tentang isi pesan yang ingin disampaikan, berfungsi untuk mengarahkan pembaca dalam mengambil sikap, berfikir dan bertindak lebih lanjut. 4. LOGO: tanda pengenal yang tetap dari perusahaan/lembaga atau institusi atau sebuah produk, yang dibuat secara singkat, sederhana dan komunikatif menggunakan huruf dan gambar. 5. Kata Penutup (Clocing Word): kalimat pendek yang jelas, singkat, jujur dan jernih yang biasanya bertujuan untuk mengarahkan pembaca untuk membuat keputusan.

  • PRINSIP-PRINSIP DESAIN:

  • 1. Keseimbangan: halaman harus tampil seimbang dan harmonis,

  • 2. PENEKANAN: memberikan pengertian bahwa tidak semua unsur grafis adalah sama pentingnya dan perhatian pembaca harus difokuskan pada titik fokus.

  • 3. IRAMA: pola yang diciptakan dengan mengulangi dan membuat variasi dari unsur grafis yang ada dan menggunakan ruangan diantaranya (unsur grafis) untuk memberikan kesan gerak.

  • 4. KESATUAN: mengandung pengertian semua bagian dan unsur grafis bersatu-padu dan serasi sehingga pembaca memahaminya sebagai suatu kesatuan.


Read More..

Kamis, 01 Juli 2010

e-Dakwah Oleh: Sitti Syahar Inayah


e-Dakwah
(Suatu Tinjauan Praktis)
Oleh: Sitti Syahar Inayah[1]

Abstrak
Dunia internet yang mulai banyak diperbincangkan pada dekade tahun 90-an, adalah sebuah dimensi baru dalam kehidupan manusia. Kehadiran internet ternyata telah mengubah sebagian besar kebiasan orang dalam berkomunikasi dengan orang lain, mulai dari sekedar menyampaikan pesan, sampai aktivitas sehari-hari seperti membaca koran, majalah, berbelanja dan lain-lain. Dakwah sine qua non dalam kehidupan muslim turut pula berubah dengan adanya internet. Dakwah konfensional mulai dianggap tidak mampu mengatasi kebutuhan perkembangan zaman, utamanya batasan ruang dan waktu. Di sisi lain, internet sebagai media baru bisa menawarkan solusi. Pemanfaatan teknologi informasi untuk dakwah berupa e-dakwah (elektronik dakwah) bertujuan membawa manusia kepada jalan Allah. Karenanya dibutuhkan keseriusan untuk mengelola sebuah e-dakwah.


Kata Kunci : dakwah, internet, teknologi.

Dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat beragama. Dalam ajaran agama Islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya, baik yang sudah menganutnya maupun yang belum. Dengan demikinan, dakwah bukanlah semata-mata timbul dari pribadi atau golongan, walaupun setidak-tidaknya ada segolongan (tha’ifah) yang melakukannya. ‘Dakwah adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeruh, mengajak, memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak Islamiyah’.[2] Dakwah dimaknai sebagai ‘seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi, maupun terhadap masyarakat’.[3] Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan saja, tetapi juga menuju ke sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Sukses tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur dari gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut diukur melalui, antara lain, pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu saja semua unsur dakwah harus mendapat perhatian. Salah satu unsur dakwah adalah metode penyampaian. Metode penyampaian bisa dilakukan melalui berbagai sarana, mulai dari yang konfensional berupa ceramah di mimbar, bermedia seperti radio atau televisi sampai pada pemanfaatan media baru berupa internet. Media komunikasi harus menjadi perhatian umat Islam sebagai media dakwah.
Dakwah dalam media dapat hadir dalam berbagai program yang intinya mengulas tentang agama dan berbagai aspeknya, baik di media cetak maupun elektronik. Talk show, sinetron, tulisan tentang agama, dan ceramah agama adalah beberapa contohnya. Wajah agama yang tampil dalam media ini dapat membentuk citra dan sekaligus memperluas jangkauan dakwah, tidak hanya mereka yang seagama, namun juga kepada pemeluk agama lain.
Sejak kehadiran internet, teknologi untuk dakwah seakan menjadi lebih lengkap. Banyak harapan dan juga kekuatiran yang muncul sejalan dengan semakin meluasnya teknologi ini. Internet, yang mulai banyak diperbincangkan mulai decade 90-an, adalah dimensi baru dalam kehidupan manusia. Kehadiran internet—merupakan keterhubungan, menjalinkan jaringan dengan jaringan, saling menghubungkan semua komputer yang tercakup dalam setiap jaringan[4] ---dalam kehidupan manusia ternyata telah mengubah sebagian besar kebiasaan berkomunikasi dengan orang lain, mulai dari sekedar menyampaikan pesan, sampai aktivitas sehari-hari seperti membaca koran, majalah, berbelanja dan lain-lain.
Pelanggan dan pemakai internet meningkat dengan cepat di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Data statistik terakhir yang di-updeted Pebruari 2006 oleh APJII dalam http://www.apjii.or.id/ diakses penulis 8 Mei 2007 tentang pelanggan dan pemakai internet menujukkan meningkatan di Indonesia. Sejak tahun 1998, terdapat 134.000 pelanggan dengan jumlah pemakaian 512.000 orang. Dalam lima tahun jumlah ini meningkat 16 kali lipat pada tahun 2003 yaitu 865.706 pelanggan dan pengguna sebanyak 8.080.534 orang. Tahun 2004 yang disajikan APJII meningkat menjadi 1.087.428 pelanggan dengan pengguna mencapai 11.226.143 jiwa. Perkiraan APJII tahun 2005 pelanggan 1.500.000 dan pemakai sebesar 16.000.000 orang.
Selain pemakai dan pelanggan, pertumbuhan jumlah domain baru juga menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan jumlah domain baru yang terdaftar di ID-TLD (Indonesia--Top Level Domain) menunjukkan peningkatan di Indonesia. Tahun 1998 tercatat 1.479 domain baru, tahun berikutnya sebanyak 2.126 domain baru dengan total domain 3.605. Hingga tahun 2004 total domain tercatat 21.762. Perkembangan ini harus dicermati para pelaku dakwah mengingat perhatian pengguna media beralih pada teknologi tersebut.


Sifat-Sifat Internet
Di samping peningkatan pemakai dan domain baru, sifat-sifat internet juga harus diperhatikan. Dakwah melalui internet dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat tersebut.

1. Interaktif.
Kita sering mendengar tentang televisi interaktif, interaktif web sites, komersial interaktif. Apakah interaktif itu? Kadang-kadang kata interaktif digunakan sebagai sinonim dari dua arah. Beberapa media benar-benar dua arah misalnya percakapan antara dua orang. Percakapan dua orang tidak hanya saling bertukar respon tapi juga memodifikasi interaksi mereka yang sebelumnya. Game komputer juga sering disebut-sebut interaktif karena informasi dipertukarkan antara pemain dengan game secara kontinyu sesuai dengan respon pemain. Bentuk akhir dari interaktif ini disebut Turing Test—dinamai sesuai dengan pionir komputer Inggris Alan Turing--untuk intelegensia artifisial[5].
Kata interaktif digunakan secara luas pada situasi dimana isi sistim media dipilih oleh pengguna. Sebagai contoh novel on line yang memungkinkan pembacanya memilih pengembangan plot yang disebut novel interaktif. Dengan demikian, penggunaan secara luas kata tersebut bisa berarti buku dengan indeks dan televisi dengan remote kontrol juga interaktif—pengguna dapat memilih isi.
Di sini akan dibatasi defenisi sistim interaktif pada makna dimana feed back dari penerima yang digunakan oleh sumber—manusia atau komputer---secara berlanjut memodifikasi pesan sebagaimana pesan tersebut dibawa ke penerima. Dengan defenisi tersebut, memilih plot alternatif pada novel on line adalah interaktif, tetapi TV dengan remote kontol dan indeks buku tidak interaktif (feed back yang tidak real time ke sumber).
Internet disebut-sebut mempunyai sifat interaktif yang tinggi ini. Sifat ini berbeda dengan dakwah konvensional yang berjalan satu arah. Dengan memanfaatkan sifat interaktif yang tinggi, dakwah dimungkinkan mempunyai peluang mencapai sasaran yang lebih tinggi pula.

2. Anonimitas
Karakteristik khalayak internet anonim, pengirim pesan tidak dapat melihat khalayak satu per satu, khlayakpun tidak dapat melihat siapa pengirim pesan. Partisipasi pada beberapa diskusi on line dan interaksi pada dasarnya anonim, dan hal ini kadang-kadang menjadi bagian dari daya tariknya.
Sifat anonimitasnya bisa membuat audiens merasa nyaman untuk bertanya tanpa harus malu. Di sisi lain anonimitas juga bisa dimanfaatkan dalam hal negatif yaitu memberikan informasi tentang yang salah yang disertai dengan bumbu-bumbu untuk mendiskreditkan seseorang atau suatu lembaga.

3. Homogenitas
Homogenitasnya memungkinkan terbentuk suatu komunitas. Terbentuknya suatu komunitas membuka peluang untuk saling mempengaruhi atau paling tidak saling berbagi informasi. Semakin sering berinteraksi semakin terbuka peluang yang besar untuk saling mempengaruhi. Dengan demikian akan muncul cara berpikir yang sama, menyamakan sikap dan mengidentifikasikan diri dengan komunitasnya yang berlanjut pada terbentuknya prilaku yang sesuai dengan harapan komunitas tersebut.

e-Dakwah
Sebagaimana pemanfaatan internet dalam dunia perdagangan, internet, media ini juga bisa dimanfaatkan dalam hal dakwah. ‘Electronic commerce tidak lebih dari sebuah toko retail yang menjadi media konvensional kegiatan usaha, tempat dimana seseorang dapat membeli produk dan berbelanja dengan lengkap’.[6] Beranjak dari defenisi tersebut, batasan elektronik dakwah dianalogikan. e-Dakwah tidak jauh beda dengan e-commers. e-Commerce menjual barang menggunakan bantuan internet, sedangkan e-dakwah menjual ‘pesan kebenaran ilahi’ melalui internet. ‘e-Dakwah secara sederhana dapat didefenisikan sebagai pelaksanaan dakwah dengan bantuan teknologi informasi, terutama internet’.[7]
e-Dakwah merupakan salah satu pemanfaatan teknologi informasi sebagai respon aktif-reaktif terhadap perkembangan yang ada. Respon kreatif ini muncul dari kesadaran akan sisi positif teknologi informasi. Alasan mengapa e-dakwah menjadi perlu adalah bahwa penyebaran dakwah konvensional dibatasi ruang dan waktu, sedang dakwah digital atau e-dakwah dapat dilakukan melintas batas ruang dan waktu. Cakupan geografis e-dakwah tidak terbatas. Semua pengguna internet dapat tersentuh oleh dakwah jenis ini.
Fathul Wahid[8] mengajukan 3 alasan mengapa e-dakwah menjadi penting:
1. Muslim telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di dunia, Islam sekarang merupakan agama dengan pemeluk terbanyak kedua setelah Kristen. Hal sama juga terjadi di Amerika, Perancis, dan Inggris. Pertumbuhan pemeluk Islam di Negara Eropa lainnya dan Australia juga sangat pesat. Internet merupakan sarana yang mudah dan murah untuk selalu keep in touch dengan komunitas muslim yang tersebar di segala penjuru dunia.
2. Citra Islam yang buruk akibat pemberitaan satu sisi oleh banyak media barat perlu diperbaiki. Internet menawarkan kemudahan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran yang jernih dan benar serta pesan-pesan ketuhanan ke seluruh dunia. Karena itu dalam konteks ini, internet banyak digunakan untuk menyebarkan propaganda anti Islam yang salah, maka pengguna internet merupakan salah satu cara efektif melawannya. Dalam kaitan ini, kita sekaligus melakukan dakwah ke komunitas non-muslim.
3. Pemanfaatan internet untuk dakwah, dengan sendirinya, juga menunjukkan bahwa muslim bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan peradaban yang ada selama itu tidak bertentangan dengan akidah. Di Negara-negara maju, media ini telah memudahkan muslim dalam mengelola dakwah dan berkomunikasi dengan anggota jamaah lainnya. Penguasaan teknologi ini juga dapat menghilangkan ketergantungan kita kepada pihak barat dan menjadikan muslim minimal bisa berdiri sejajar dengan orang-orang barat dan menjadi orang yang benar-benar merdeka.
Dalam hal misi pun e-dakwah mengambil titik tolak dari prinsip-prinsip perdagangan. Pentingnya e-dakwah dilakukan membawa misi untuk memperluas jangkauan dakwah, menampilkan wajah Islam yang sesungguhnya dan membangun citra Islam. Sebagaimana halnya prinsip dalam perdagangan bahwa konsumen berada di mana-mana, hanya saja kita tidak bisa berada di semua tempat tersebut. Karenanya dikembangkan konsep belanja melalui internet. Begitu pula dengan dakwah, orang yang menginginkan siraman informasi dan pengetahuan tentang Islam, bisa berada di mana-mana, namun program dakwah konvensional tidak bisa menjangkau semuanya. Dengan bantuan internet, cakupan dakwah dapat diperluas hampir tak terhingga, melintasi batas ruang dan waktu.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa sasaran dakwah adalah orang yang telah berislam maupun yang belum. Pada kelompok pertama, dakwah berfungsi sebagai pengingat dan menyegar keimanan, karena tidak ada yang menjamin keimanan selalu stabil dan meningkat. Pada kelompok kedua, dakwah berfungsi sebagai seruan ke jalan yang benar, jalan agama Islam.
Sehubungan dengan kelompok kedua sebagai tujuan dakwah, menampilkan wajah Islam yang sesungguhnya menjadi sangat penting. Karena Islam seringkali disalahpahami oleh banyak orang. e-Dakwah dengan jangkauan yang hampir tak terbatas, mempermudah maksud ini. Apalagi, sampai saat ini, asumsi penulis bahwa sebagian pengguna internet adalah mereka yang belum mengikuti jalan Islam dalam arti beragama Islam. Banyak orang, termasuk pengguna internet yang salah memahami Islam dan mengidentikkan Islam dengan kekerasan dan terorisme. Hal ini menunjukkan bahwa medan dakwah dalam internet sangat luas, terutama dalam rangka meluruskan informasi tentang Islam dengan menampilkan wajah Islam yang sebenarnya. Islam itu damai dan indah.
Pada tataran yang lain, internet juga akan sangat membantu dalam membangun citra Islam yang tidak anti teknologi dan tertinggal dalam pemanfaatan. Pencitraan komunitas muslim tertinggal dan bodoh bisa ditemukan pada banyak tempat. Fakta objektif juga mendukung pencitraan itu. Sebagian besar negara dengan penduduk muslim besar adalah negara yang tertinggal dalam bidang pendidikan dan pengembangan teknologi, jika dibandingkan dengan negara-negara maju.
Kita seringkali terlalu bangga hidup dalam bayang-bayang kejayaan Islam. Kita terlalu banyak meminjam dari sejarah, dan baru sedikit sekali yang memberikan sesuatu yang layak dicatat dalam sejarah Islam. Momen kehadiran internet dengan segala hal yang dimungkinkannya dijadikan sebagai awal untuk membangun kembali semangat dan energi yang tersebar menjadi sebuah sinergi untuk melakukan perubahan-perubahan yang bermanfaat untuk kesejahteraan umat manusia.

Wujud e-Dakwah
‘Internet adalah energi’. Demikian ungkapan yang dilontarkan Syaikh Hisyam Muhammad Kabbani, seorang guru sufi yang menghadirkan Haqqani Foundation ke cyberspace dengan situs Tariqas. Sarjana di bidang kimia, kedokteran dan hukum Islam ini menganggap bahwa spritualitas selalu bersifat teknologi tinggi. Spritualitas dilihatnya sebagai sejenis transmisi energi antara umat manusia, jika seseorang dapat menerimanya, karena manusia adalah penerima dan pentransmisi pada waktu yang sama. ‘Inilah yang kami lihat di internet dan dalam peralatan canggih yang ada saat ini—bahwa segala sesuatu menerima dan mengirim. Jadi kami ingin menunjukkan bahwa sufisme adalah suatu cara berkomunikasi melalui energi yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui spiritualtas’.[9]
Syeik Kabbani hanyalah salah satu dari jutaan cendikiawan muslim yang menyadari pentingnya internet sebagai media dakwah. Lalu bagaimana tampilan dakwah di internet agar bisa mencapai tujuan dakwah.
e-Dakwah dapat muncul dalam bentuk website dan fasilitas berbasis-web lainnya seperti mailing list (lebih dikenal dengan milis--penulis), forum diskusi, dan chatting. Seperti halnya website untuk e-commerce, website e-dakwah juga harus memenuhi beberapa kriteria website yang berkualitas. Kualitas website bisa dilihat dari berbagai aspek seperti tampilan, kualitas dan kemutakhiran informasi, kinerja dan fitur yang tersedia.
Straubhaar dan Larose[10] mengemukakan bahwa ada strategi yang unik dalam web. Framing merupakan garis yang mengelilingi halaman dengan sebuah batas yang termasuk logo dari awal halaman web. Program interaktif juga merupakan hal yang unik dalam web. Banyak mengguna internet melupakan keadaan sekitar karena asyik dengan game on line, partisipasi dalam MUDs (multi-user Dungeons), chatting, berpatisipasi dalam newsgrup, dan mengirim e-mail. Strategi lainnya adalah personalisasi isi dengan pengguna individual. Personalisasi yang dimaksudkan adalah bagaimana mengetahui pengunjung, merespon dan mengantisipasi kebutuhannya, berada dalam hubungan personal yang stabil
Tampilan merupakan daya tarik pertama yang menimbulkan kesan awal yang menarik pengunjung untuk menjelajahi lebih lajut. Tampilan wesite e-dakwah ibarat etalase toko. Jika kesan sesaat yang ditimbulkannya kurang mengena, maka kecil kemungkinan konsumen akan masuk ke toko tersebut. Pilihan warna yang menarik dan estetik, pengaturan letak informasi (layout), navigasi yang mengakrabkan dan bisa dijalankan secara intuitif. Demikian juga dengan web dakwah harus diatur sedemikian rupa sehingga menarik untuk didownload.
Kualitas dan kemutakhiran informasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Informasi yang ditampilkan adalah ‘ruh’ website e-dakwah. Semakin lengkap, berkualitas, dan relevan informasi yang ditawarkan, website e-dakwah, semakin berkualitas websitenya. Tidak kalah penting juga pemutakhiran informasi yang disajikan. Karenanya updating informasi menjadi sangat penting terutama untuk menarik pengunjung secara teratur.
Kinerja (performance) website e-dakwah bisa dilihat dari ketersediaan atau up-time yang mendekati 100%. Hal ini terkait dengan infrastruktur di mana website disimpan. e-Dakwah yang baik seharusnya juga menyediakan fitur lain, seperti fitur untuk membentuk komunitas virtual seperti forum diskusi, mailing list, web e-mail gratis, chat, dan newsgrup. Fitur lain yang relevan adalah audio, video, dan hiburan, seperti fitur untuk mendengarkan nasyid atau musik islami, resital Al-quran, rekaman ceramah, baik dalam bentuk audio atau video.
Secara garis besar website tentang Islam dapat dikategorikan menjadi: portal informasi tentang islam, termasuk media; dan yang kedua yaitu website organisasi Islam. Beberapa contoh portal informasi seperti http://www.al-islam.com/, portal ini semacam layanan sosial yang bertempat di Kairo. Informasi yang ditawarkan sebagian besar berkaitan dengan Al-Quran dan Hadits dalam enam bahasa yaitu Arab, Inggris, Prancis, Jerman, Malaysia, dan Indonesia. http://www.islaam.com/, hadir dalam bahasa Inggris dan Prancis. Yang menarik, website ini mempunyai sebuah link dan halaman yang diperuntukkan khusus pengunjung non-muslim yang masih awam dengan Islam. http://www.myquran.com/, portal informasi ini merupakan salah satu website e-dakwah yang dikelola oleh muslim Indonesia dan mendedikasikan situsnya sebagai fasilitator dakwah virtual. Sebagai sarana membangun komunitas, pengunjung bisa mendapatkan e-mail gratis, bergabung dalam milis, menggunakan forus diskusi, dan message board.
Website organisasi Islam diantaranya http://www.krapyak.org/, yang menyajikan informasi tentang Pesantren Krapyak. Informasi yang ditawarkan diantaranya informasi akademik dan lembaga-lembaga sosial yang terkait dengan pesantren. http://www.usc.edu/dept/MAS/, sebuah situs yang dikelola oleh Parsatuan Mahasiswa Muslim Universitas California Utara (Moslem Student Association University of Southerm Califormia. Situs ini kaya dengan informasi tentang Islam, aktivitas sosial dan agama yang dilakukan organisasi pengelola.

Ukuran Keberhasilan
Tugas muslim adalah menyampaikan pesan Islam, setelah itu adalah urusan Allah. Namun demikian keberhasilan dakwah dapat dilihat dari jejak (at’sar) yang ditinggalkan. Indikasi yang jadikan ukuran keberhasilan e-dakwah adalah jumlah penguna internet. Semakin banyak pengunjung, semakin berhasil sebuah usaha e-dakwah, karena inilah ukuran tingkat penyebaran nilai-nilai Islam. Ukuran ini juga digunakan untuk website komersial.
Untuk menarik banyak pengguna seperti yang dikatakan Andi Muis adalah ‘harus dipakai kamuflase sedikit. Jadi ada informasi atau berita yang sedikit pop, tapi tidak melanggar Al-quran dan hadis. Itulah keahlian, seni bagaimana caranya meracik, bagaimana pembaca non-muslim bisa menyukai’.[11] Tekanan ini menurut penulis dapat dilihat pada Uses and Gratifications Theory.
Perspektif ini didominasi pemikiran tentang perilaku konsumsi media. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa ‘konsumen itu aktif dan tujuan utama. Anggota audiens merespon secara luas untuk memilih media dalam melihat dan mengetahui kebutuhannya dan bagaimana menemukan kebutuhan tersebut. Media dipertimbangkan hanya sebagai salah satu cara menemukan kebutuhan personal, dan individu bisa menemukan kebutuhannya melalui media atau dengan cara lain’.[12]
Dengan menggunakan teori ini, pengelola e-dakwah mencoba mengindetifikasi kebutuhan pengguna internet yaitu kebutuhan akan informasi tentang islam secara keseluruhan. Pemilihan media tetap merupakan keputusan pengguna. Namun demikian, agar situs yang ditawarkan menjadi pilihan konsumen dibutuhkan strategi seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian, pengguna akan merasa menemukan kebutuhannya dalam situs yang ditampilkan dan mencoba memuaskan kebutuhann tersebut dengan cara selalu mengunjunginya. Sejalan dengan hal tersebut, dapatlah dilihat jejak (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pengguna ataupun kesan yang terdapat dalam jiwa, yang diharapkan tercermin dalam tingkah laku mereka.

Hambatan dan Tantangan
Untuk menuju pada keberhasilan, di samping memanfaatkan peluang yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah hambatan dan tantangan. Hambatan merupakan faktor internal sedangkan tantangan adalah faktor eksternal.
Dari segi hambatan, paling tidak ada 3 hambatan utama yaitu tingkat kecakapan dalam teknologi informasi yang masih rendah, tingkat akses terhadap internet yang juga masih rendah dan kemungkinan benturan yang kontra-produktif antara kelompok-kelompok Islam sendiri (Islam mayoritas versus minoritas).
Meski belum ada data resmi (menurut pengalaman penulis) tentang tingkat penguasaan teknologi di kalangan umat Indonesia, namun menurut asumsi penulis, tingkat penguasaan teknologi di kalangan umat Islam Indonesia masih rendah. Demikian juga dengan tingkat akses internet masih rendah. Adapun kemungkinan benturan yang kontra-produktif antara kelompok-kelompok Islam sendiri (Islam mayoritas versus minoritas) adalah benturan informasi tentang Islam. Contoh sangat baik adalah Tragedi 11 September 2001. Pasca teror bom 911 diskusi tentang masalah tersebut ramai menghiasi media. Tidak jarang muncul hujatan dari kelompok yang tidak setuju. Dalam tingkatan tertentu, tentu saja hal ini menjadi kontra-produktif dalam sebuah proses dakwah. Apalagi jika yang menjadi sasaran dakwah adalah umat di luar Islam.
Dari sisi tantangan yaitu Informasi anti-Islam dan Islam gadungan, penyesatan massal, dan maraknya pornografi. Informasi anti-Islam dapat ditemukan dalam berbagai situs yang memang benar-benar anti Islam. Munculnya Islam gadungan sangat mungkin ditemukan dalam internet. Situs atas nama Islam namun memaparkan informasi yang justru bertujuan merusak Islam, dengan cara antara lain menambahkan hadis palsu.


Penutup

Meskipun masih ada kontroversi tentang penggunaan internet dewasa ini namun internet tidak mungkin lagi diabaikan. Untuk berkenalan dengan internet tidak mutlak harus memiliki komputer, banyak sarana yang tersedia sekarang ini untuk seseorang melakukan surfing di Internet.
Kondisi ini yang harus diperhatikan oleh seorang muslim dalam berdakwah, bahwa media baru ini bisa dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dengan melihat sifat-sifat dan peluang internet dapat dikatakan Internet merupakan alat dakwah yang berdaya guna dimana Islam merupakan agama yang hidup dalam perubahan.
Pemanfaatan internet untuk dakwah dapat berwujud e-dakwah (elektronik dakwah). e-Dakwah menjadi penting karena dapat dilakukan melintasi batas ruang dan waktu. Berbeda dengan dakwah konfensional yang dibatasi oleh ruang dan waktu.
Wujud e-dakwah dalam bentuk website dan fasilitas berbasis web lainnya seperti mailing list, forum diskusi, chatting dan lainnya. Dengan kelengkapan fitur yang disediakan, pengguna internet akan tertarik mengunjungi sebuah e-dakwah. Tentu saja yang tidak kalah pentingnya adalah tampilan, kemutakhiran dan kualitas informasi dan kinerja.



Buku Acuan

Colombo, George, 2001, Capturing Customers .Com (Menangkap Pelanggan .Com: Strategi Radikal Pemasaran dan Penjualan di Dunia Maya, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Green, Lelia, 2001, Technoculture, from Alphabet to Cyebersex, Allen & Unwin, Australia.

Littlejohn, W Stephen, 2001, Theories of Human Communication (7th Ed.), Wadsworth, USA.

Muis, A, 2001, Komunikasi Islami, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Pacey, Arnold, 2000, The Cultural of Technology, The MIT Press, Cambridge.

Ridwan, Kafrawi (editor), 2001, Ensiklopedi Islam, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta.

Shihab, M. Quraish, 1994, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Mizan, Bandung.

Straubhaar J and Larose R, 2004, Media Now, Understanding Media, Culture, dan Technology (4th Ed.) Wadsworth, USA.

Wahana Komputer, 2002, Apa dan Bagaimana E-Commerce, Andi, Yogyakarta.

Wahid, Fathul, 2004, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Gava Media, Yogyakarta.

Zaleski, Jeff, 1999, Spiritualitas Cyberspace: Bagaimana Teknologi Komputer Mempengaruhi Kehidupan Keberagamaan Manusia, Mizan Pustaka, Bandung.

http://www.apjii.or.id/
http://www.al-islam.com/
http://www.islaam.com/
http://www.myquran.com/
http://www.krapyak.org/
http://www.usc.edu/dept/MAS/
[1] Penulis adalah calon dosen STAIN Samarinda.
[2] Kafrawi Ridwan (ed.), Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2001), h. 280.

[3] M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, Bandung, 1994), h. 194.
[4] Lelia Green, Technoculture: from Alphabet to Cybersex, (Australia: Allen & Unwin, 2001), h. 193.
[5] Lihat Straubhaar J and Larose R, Media Now, Understanding Media, Culture, dan Technology (4th Ed.) (USA: Wadsworth, 2004), h. 23
[6] Straubhaar J and Larose R, Op. Cit., h. 253.
[7] Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media, 2004), h. 27.
[8] Ibid. h.29-30.
[9] Jeff Zaleski (ed.), Spiritualitas Cyberspace: Bagaimana Teknologi Komputer Mempengaruhi Kehidupan Keberagamaan Manusia, (Bandung: Mizan, 1999) h. 87.
[10] Lihat Straubhaar J and Larose R, Op.Cit., h. 255.
[11] Andi Muis, Komunikasi Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 332.
[12] Stephen W. Littlejohn, 2001, Theories of Human Communication (7th Ed.), (USA: Wadsworth, 2001) h. 321-322.
Read More..